Selasa, 26 Januari 2010

Sistim hukum islam

Sistem hukum islam}}
{{Islam}}
'''Syariat Islam''' adalah ajaran [[Islam]] yang membicarakan '''amal''' manusia baik sebagai '''makluk''' ciptaan Allah maupun '''hamba''' Allah.

Terkait dengan susunan tertib Syari'at, Al Quran Surat Al Ahzab ayat 36 mengajarkan bahwa sekiranya Allah dan RasulNya '''sudah memutuskan''' suatu perkara, maka umat Islam tidak diperkenankan mengambil ketentuan lain. Oleh sebab itu secara implisit dapat dipahami bahwa jika terdapat suatu perkara yang Allah dan RasulNya '''belum menetapkan ketentuannya''' maka umat Islam dapat menentukan sendiri ketetapannya itu. Pemahaman makna ini didukung oleh ayat dalam Surat Al Maidah QS 5:101 yang menyatakan bahwa hal-hal yang tidak dijelaskan ketentuannya '''sudah dimaafkan''' Allah.

Dengan demikian perkara yang dihadapi umat Islam dalam menjalani hidup [[beribadahnya]] kepada Allah itu dapat disederhanakan dalam dua kategori, yaitu apa yang disebut sebagai perkara yang termasuk dalam kategori Asas Syara' dan perkara yang masuk dalam kategori Furu' Syara'.

*'''Asas Syara''''
Yaitu perkara yang sudah ada dan jelas ketentuannya dalam Al Quran atau Al Hadits. '''Kedudukannya''' sebagai '''Pokok Syari'at Islam''' dimana Al Quran itu Asas Pertama Syara' dan Al Hadits itu Asas Kedua Syara'. '''Sifatnya''', pada dasarnya ''mengikat umat Islam seluruh dunia dimanapun berada, sejak kerasulan Nabi Muhammad saw hingga akhir zaman, kecuali dalam '''keadaan darurat'''''.

Keadaan darurat dalam istilah agama Islam diartikan sebagai suatu keadaan yang memungkinkan umat Islam '''tidak mentaati''' syari'at Islam, ialah keadaan yang terpaksa atau dalam keadaan yang membahayakan diri secara lahir dan batin, dan keadaan tersebut tidak diduga sebelumnya atau tidak diinginkan sebelumnya, demikian pula dalam memanfaatkan keadaan tersebut tidak berlebihan. Jika keadaan darurat itu berakhir maka segera kembali kepada ketentuan syari'at yang berlaku.

*'''Furu' Syara''''
Yaitu perkara yang tidak ada atau tidak jelas ketentuannya dalam Al Quran dan Al Hadist. '''Kedudukannya''' sebaga '''Cabang Syari'at Islam'''. '''Sifatnya''' pada dasarnya ''tidak mengikat seluruh umat Islam di dunia kecuali diterima [[Ulil Amri]] setempat menerima sebagai peraturan / perundangan yang berlaku'' dalam wilayah kekuasaanya.

Perkara atau masalah yang masuk dalam furu' syara' ini juga disebut sebagai perkara '''ijtihadiyah'''.

== Sumber Hukum Islam ==
=== [[Al-Qur'an]] ===
Al-Qur'an sebagai [[kitab suci]] umat Islam adalah firman Allah yang diturunkan kepada [[Nabi Muhammad]] SAW untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia hingga akhir zaman (Saba' QS 34:28). Sebagai sumber Ajaran Islam juga disebut sumber pertama atau Asas Pertama Syara'.

Al-Quran merupakan kitab suci terakhir yang turun dari serangkaian kitab suci lainnya yang pernah diturunkan ke dunia

Dalam upaya memahami isi Al Quran dari waktu ke waktu telah berkembang [[tafsir|tafsiran tentang isi-isi Al-Qur'an]] namun tidak ada yang saling bertentangan.

=== [[Ijtihad]] ===
Ijtihad adalah sebuah usaha untuk menetapkan hukum Islam berdasarkan Al-Qur'an dan Hadis. Ijtihad dilakukan setelah Nabi Muhammad telah wafat sehingga tidak bisa langsung menanyakan pada beliau tentang suatu hukum namun hal-hal [[ibadah mahdhah|ibadah]] tidak bisa diijtihadkan. Beberapa macam ijtihad antara lain
* [[Ijma']], kesepakatan para ulama
* [[Qiyas]], diumpamakan dengan suatu hal yang mirip dan sudah jelas hukumnya
* [[Maslahah Mursalah]], untuk kemaslahatan umat
* [['Urf]], kebiasaan

Senin, 25 Januari 2010

Azab kubur

Secara harfiah Barzakh berarti jarak waktu atau penghalang antara 2 hal dan tidak ada yang sanggup melewati
Menurut syariat Islam barzakh berarti tempat yang berada diantara maut dan kebangkitan, menurut firman Allah dalam [[Al-Quran]] Surah Al Mu'minuun: 100, {{cquote|''Di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan.” Ia menjawab, itu adalah alam antara kematian dan kebangkitan kembali.''(Al Mu'minuun, 100)}} Dengan kata lain tempat yang disebut barzakh adalah mulai dari waktu kematian sampai dibangkitkan hidup kembali.

== Keadaan mayat ==
Seseorang yang telah mati tidak akan mengetahui kehidupan dari orang yang masih hidup karena ia tinggal didalam dunia yang benar-benar beda. Bagaimanapun, dikisahkan bahwa seseorang yang mati dapat merasakan langkah kaki dari orang berjalan.

Dikisahkan bahwa Muhammad melihat seseorang yang berada didalam sumur, yang mana tubuh dari orang kafir ini dibuang kedalam sumur, ia terbunuh pada Perang Badar dan Muhammad berkata, "Pernahkan engkau menemukan kebenaran tentang Tuhan yang dijanjikan kepadamu?" Umar bertanya, "Engkau menyapa orang mati." Muhammad menjawab, "Mereka mendengar lebih baik dari pada kamu, tetapi mereka tidak bisa membalasnya."Hadits riwayat [[Imam Bukhari]].

Manusia sudah akan mengetahui nasibnya ketika mereka berada di barzakh. Apakah termasuk penghuni surga atau neraka. Jika seseorang menjadi penghuni surga, maka dibukakan baginya pintu surga, hawa sejuk surga akan mereka rasakan setiap pagi dan sore. Sebaliknya jika menjadi penghuni neraka, pintu neraka pun akan dibukakan untuknya dan dia akan merasakan hawa panas neraka setiap pagi dan sore.

[[Al-Barra bin ’Azib]] menceritakan hadits yang panjang yang diriwayat [[Imam Ahmad]] tentang perjalanan seseorang setelah kematian. Seorang [[mukmin]] yang akan meninggal dunia disambut ceria oleh [[malaikat]] dengan membawa kain kafan dari [[surga]]. Kemudian datang malaikat maut duduk di atas kepalanya dan memerintahkan [[ruh]] yang baik untuk keluar dari jasadnya.

Selanjutnya disambut oleh malaikat dan ditempatkan di kain kafan surga dan diangkat ke [[langit]]. Penduduk langit dari kalangan malaikat menyambutnya, sampai di langit terakhir bertemu [[Allah]], kemudian Allah memerintahkan pada malaikat untuk mencatat kitab hamba-Nya ke dalam ''’illiyiin'' dan dikembalikan ruhnya ke Barzakh. Setelah dikembalikan lagi ruh itu ke jasadnya dan datanglah dua malaikat, [[Munkar dan Nakir]] yang akan bertanya kepada sang mayat. Pertanyaan itu adalah;
* "Siapa Tuhanmu?"
* "Apa agamamu?"
* "Siapa lelaki yang diutus kepadamu?"
* "Siapa yang mengajarimu?"
Menurut [[syariat Islam]], hanya orang yang beriman saja yang dapat menjawabnya dengan baik. Maka kemudian akan diberi alas dari surga, mendapat kenikmatan di kubur dengan selalu dibukakan baginya pintu surga, dilapangkan dan diterangkan kuburnya. Sang mayat akan mendapat teman yang baik dengan wajah yang baik, pakaian yang baik dan aroma yang baik. Lelaki itu adalah gambaran dari amal perbuatannya selama hidup didunia. Keadaan berubah sebaliknya jika simayat adalah orang yang tidak beriman.

== Azab Kubur ==
Azab Kubur menurut [[Ibnu Taimiyah]] menyelaraskan dengan para [[ulama]] lainnya, bahwa ruh-ruh orang beriman berada di [[surga]], walaupun bersamaan dengan itu ruhnya dikembalikan ke jasad, sama halnya dengan ruh berada di jasad, tetapi ruhnya naik ke langit seperti pada saat tidur. Adapun bahwa ruhnya berada di syurga itu berdasarkan hadits-hadits umum. Hal ini ditegaskan oleh [[Imam Ahmad]] dan ulama lainnya. Mereka berdalil dengan hadits-hadits yang umum dan hadits yang khusus mengenai tidur dan lain-lainnya. Mengenai azab kubur Mahzab Ahlusunah berpendapat bahwa azab kubur mengenai ruh itu baik terpisah dari jasad atau berhubungan dengan jasad, sedangkan Ibnu Taimiyah berkata azab dan kenikmatan menimpa jasad dan jiwa sekaligus.

=== Hadits tentang azab kubur ===
Ada hadits yang menceritakan tentang siksa kubur, diantaranya adalah dari [[Ibnu Abbas]]. Ia berkata, Nabi Muhammad melewati salah satu dinding dari dinding-dinding [[Madinah]] atau [[Makkah]], lalu beliau mendengar suara dua orang manusia yang sedang disiksa didalam kuburnya. Nabi bersabda, "Dua orang sedang disiksa dan keduanya tidak disiksa karena dosa besar." Kemudian beliau bersabda, "Yang seorang tidak bertirai dalam berkencing dan yang lain berjalan dengan mencaci maki." Kemudian beliau minta diambilkan pelepah korma yang basah, lalu dibelah menjadi dua dan beliau letakkan pada masing-masing kuburan itu satu belahan. Lalu dikatakan, "Wahai rasulullah, kenapakah engkau perbuat ini??" Beliau bersabda, "Mudah-mudahan keduanya diringankan selama dua belah ini belum kering?"Hadits riwayat Imam Bukhari.

"Dari Ibnu Abbas, ia berkata, Nabi Muhammad berjalan melalui dua buah kubur, lalu beliau bersabda, Sesungguhnya orang yang ada di dalam kubur ini disiksa, tetapi bukannya disiksa karena mengerjakan dosa besar. Adapun yang seorang dari pada keduanya itu tidak beristinja dengan sebersih-bersihnya dari kencingnya, sedangkan yang lain ini suka berjalan dengan menyampaikan kata-kata yang berupa adu domba. Kemudian beliau mengambil setangkai pelepah kurma yang masih basah, lalu membelahnya menjadi dua bagian, kemudian setiap belahan tadi dipancangkan pada setiap kubur (yakni masing-masing dari dua buah kubur itu diberi separuh belahannya). Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, mengapa engkau melakukan ini??" Beliau bersabda, "Mudah-mudahan kedu

ZAKAT

'''Zakat''' adalah [[sedekah]] yang wajib dikeluarkan umat Islam menjelang akhir bulan [[Ramadhan]], sebagai pelengkap ibadah [[puasa]]. Zakat merupakan salah satu rukun ketiga dari [[Rukun Islam]].

== Etimologi ==
Secara harfiah zakat berarti "tumbuh", "berkembang", "menyucikan", atau "membersihkan". Sedangkan secara terminologi [[syari'ah]], zakat merujuk pada aktivitas memberikan sebagian kekayaan dalam jumlah dan perhitungan tertentu untuk orang-orang tertentu sebagaimana ditentukan.

== Hukum Zakat ==
'''Zakat''' merupakan salah satu[rukun Islam], dan menjadi salah satu unsur pokok bagi tegaknya [syariat Islam]. Oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib (fardhu) atas setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat termasuk dalam kategori ibadah, seperti:shalat,haji,dan puasa yang telah diatur secara rinci dan paten berdasarkan Al-Qur'an dan As Sunnah,sekaligus merupakan amal sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat berkembang sesuai dengan perkembangan ummat manusia.

== Macam-Macam Zakat ==
Zakat terbagi atas dua tipe yakni:
* '''Zakat Fitrah'''{{br}} Zakat yang wajib dikeluarkan [[muslim]] menjelang [[Idul Fitri]] pada bulan [[Ramadhan]]. Besar Zakat ini setara dengan 2,5 kilogram makanan pokok yang ada di daerah bersangkutan.
* '''Zakat Maal (Harta)'''{{br}} Mencakup hasil perniagaan, pertanian, pertambangan, hasil laut, hasil ternak, harta temuan, emas dan perak serta hasil kerja (profesi). Masing-masing tipe memiliki perhitungannya sendiri-sendiri.

== Yang berhak menerima ==
* [[Fakir]] - Mereka yang hampir tidak memiliki apa-apa sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok hidup.
* [[Miskin]] - Mereka yang memiliki harta namun tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup.
* [[Amil]] - Mereka yang mengumpulkan dan membagikan zakat.
* [[Muallaf]] - Mereka yang baru masuk Islam dan membutuhkan bantuan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan barunya
* [[Hamba Sahaya]] yang ingin memerdekakan dirinya
* [[Gharimin]] - Mereka yang berhutang untuk kebutuhan yang halal dan tidak sanggup untuk memenuhinya
* [[Fisabilillah]] - Mereka yang berjuang di jalan [[Allah]] (misal: dakwah, perang dsb)
* [[Ibnus Sabil]] - Mereka yang kehabisan biaya di perjalanan.

==Yang tidak berhak menerima zakat'''Panduan Pintar Zakat'''. H.A. Hidayat, Lc. & H. Hikmat Kurnia.{{cite web|url=http://www.qultummedia.com|title= QultumMedia. Jakarta. 2008.}}==
* Orang kaya. Rasulullah bersabda, "Tidak halal mengambil sedekah (zakat) bagi orang yang kaya dan orang yang mempunyai kekuatan tenaga." (HR Bukhari).
* Hamba sahaya, karena masih mendapat nafkah atau tanggungan dari tuannya.
* Keturunan Rasulullah. Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya tidak halal bagi kami (ahlul bait) mengambil sedekah (zakat)." (HR Muslim).
* Orang yang dalam tanggungan yang berzakat, misalnya anak dan istri.
* Orang kafir.



=== Faedah ''Diniyah'' (segi agama) ===
# Dengan berzakat berarti telah menjalankan salah satu dari [[Rukun Islam]] yang mengantarkan seorang hamba kepada kebahagiaan dan keselamatan dunia dan akhirat.
# Merupakan sarana bagi hamba untuk ''taqarrub'' (mendekatkan diri) kepada Rabb-nya, akan menambah keimanan karena keberadaannya yang memuat beberapa macam ketaatan.
# Pembayar zakat akan mendapatkan pahala besar yang berlipat ganda, sebagaimana firman [[Allah]], yang artinya: "Allah memusnahkan [[riba]] dan menyuburkan sedekah" (QS: Al Baqarah: 276). Dalam sebuah hadits yang ''muttafaq'' "''alaih Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam''" juga menjelaskan bahwa sedekah dari harta yang baik akan ditumbuhkan kembangkan oleh Allah berlipat ganda.
# Zakat merupakan sarana penghapus dosa, seperti yang pernah disabdakan Rasulullah Muhammad SAW.

=== Faedah ''Khuluqiyah'' (Segi Akhlak) ===
# Menanamkan sifat kemuliaan, rasa toleran dan kelapangan dada kepada pribadi pembayar zakat.
# Pembayar zakat biasanya identik dengan sifat ''rahmah'' (belas kasih) dan lembut kepada saudaranya yang tidak punya.
# Merupakan realita bahwa menyumbangkan sesuatu yang bermanfaat baik berupa harta maupun raga bagi kaum Muslimin akan melapangkan dada dan meluaskan jiwa. Sebab sudah pasti ia akan menjadi orang yang dicintai dan dihormati sesuai tingkat pengorbanannya.
# Di dalam zakat terdapat penyucian terhadap akhlak.

=== Faedah ''Ijtimaiyyah'' (Segi Sosial Kemasyarakatan) ===
# Zakat merupakan sarana untuk membantu dalam memenuhi hajat hidup para fakir miskin yang merupakan kelompok mayoritas sebagian besar negara di dunia.
# Memberikan dukungan kekuatan bagi kaum Muslimin dan mengangkat eksistensi mereka. Ini bisa dilihat dalam kelompok penerima zakat, salah satunya adalah ''mujahidin fi sabilillah''.
# Zakat bisa mengurangi kecemburuan sosial, dendam dan rasa dongkol yang ada dalam dada fakir miskin. Karena masyarakat bawah biasanya jika melihat mereka yang berkelas [[ekonomi]] tinggi menghambur-hamburkan harta untuk sesuatu yang tidak bermanfaaat bisa tersulut rasa benci dan permusuhan mereka. Jikalau harta yang demikian melimpah itu dimanfaatkan untuk mengentaskan kemiskinan tentu akan terjalin keharmonisan dan cinta kasih antara si kaya dan si miskin.
# Zakat akan memacu pertumbuhan ekonomi pelakunya dan yang jelas berkahnya akan melimpah.
# Membayar za

Minggu, 24 Januari 2010

AQIDAH

{{Aqidah}}

'''Shalat''' ({{Lang-ar|صلاة}}) atau '''Salat''' (ejaan [[KBBI]]), merujuk kepada salah satu ritual [[ibadat]] pemeluk [[agama]] [[Islam]].

Menurut syariat Islam, praktik shalat harus sesuai dengan segala petunjuk tata cara Rasulullah SAW sebagai figur pengejawantah perintah Allah. Rasulullah SAW bersabda, ''Shalatlah kalian sesuai dengan apa yang kalian lihat aku mempraktikkannya.''Hadits riwayat [[Imam Bukhari]] dan [[Imam Muslim]].

== Etimologi ==
Secara bahasa shalat berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti, [[do'a]]. Sedangkan menurut istilah shalat bermakna serangkaian kegiatan ibadah khusus atau tertentu yang dimulai dengan [[takbiratul ihram]] dan diakhiri dengan [[salam]].

== Hukum Shalat ==
[[Berkas:Men praying at jama masjid.jpg|top|left|thumb|Shalat Berjamaah]]
Dalam banyak hadits, Muhammad telah memberikan peringatan keras kepada orang yang suka meninggalkan shalat, diantaranya ia bersabda: "Perjanjian yang memisahkan kita dengan mereka adalah shalat. Barangsiapa yang meninggalkan shalat, maka berarti dia telah [[kafir]]."Hadits riwayat [[Imam Ahmad]] dan [[Tirmidzi]].

Orang yang meninggalkan shalat maka pada hari kiamat akan disandingkan bersama dengan orang-orang laknat, berdasarkan hadits berikut ini: "Barangsiapa yang menjaga shalat maka ia menjadi cahaya, bukti dan keselamatan baginya pada hari kiamat dan barangsiapa yang tidak menjaganya maka ia tidak mendapatkan cahaya, bukti dan keselamatan dan pada hari kiamat ia akan bersama [[Qarun]], [[Fir'aun]], [[Haman]] dan [[Ubay bin Khalaf]]."Hadits shahih riwayat [[Imam Ahmad]], [[At-Thabrani]] dan [[Ibnu Hibban]].

Hukum shalat dapat dikategorisasikan sebagai berikut :
* [[Fardhu]], Shalat fardhu ialah shalat yang diwajibkan untuk mengerjakannya. Shalat Fardhu terbagi lagi menjadi dua, yaitu :
** [[Fardhu ‘Ain]] : ialah kewajiban yang diwajibkan kepada [[mukallaf]] langsung berkaitan dengan dirinya dan tidak boleh ditinggalkan ataupun dilaksanakan oleh orang lain, seperti [[Shalat Lima Waktu|shalat lima waktu]], dan [[Shalat Jum’at|shalat jumat]](Fardhu 'Ain untuk pria).
** [[Fardhu Kifayah]] : ialah kewajiban yang diwajibkan kepada mukallaf tidak langsung berkaitan dengan dirinya. Kewajiban itu menjadi sunnah setelah ada sebagian orang yang mengerjakannya. Akan tetapi bila tidak ada orang yang mengerjakannya maka kita wajib mengerjakannya dan menjadi berdosa bila tidak dikerjakan. Seperti [[shalat jenazah]].
* Nafilah ([[shalat sunnat]]),[[Shalat Sunnat|Shalat Nafilah]] adalah shalat-shalat yang dianjurkan atau disunnahkan akan tetapi tidak diwajibkan. Shalat nafilah terbagi lagi menjadi dua, yaitu
** Nafil Muakkad adalah shalat sunnat yang dianjurkan dengan penekanan yang kuat (hampir mendekati wajib), seperti shalat dua hari raya, shalat sunnat [[Shalat Witir|witir]] dan shalat sunnat [[Shalat Thawaf|thawaf]].
** Nafil Ghairu Muakkad adalah shalat sunnat yang dianjurkan tanpa penekanan yang kuat, seperti shalat sunnat [[Rawatib]] dan shalat sunnat yang sifatnya insidentil (tergantung waktu dan keadaan, seperti shalat kusuf/khusuf hanya dikerjakan ketika terjadi gerhana).

== Rukun Shalat ==
{{Main|Rukun Shalat}}
11 Rukun Shalat :

# Takbiratul ihram
# Berdiri bagi yang sanggup
# Membaca surat Al Fatihah pada tiap raka'at
# Ruku' dengan thuma'ninah
# I'tidal dengan thuma'ninah
# Sujud dua kali dengan thuma'ninah
# Duduk antara dua sujud dengan thuma'ninah
# Duduk dengan thu'maninah serta membaca tasyahud akhir dan shalawat nabi
# berlindung kepada Allah dari siksa jahannam &kubur serta fitnah hidup dan mati dan kekejian fitnah dajjal
# Membaca salam yang pertama
# Tertib (melakukan rukun secara berurutan)

== Shalat Berjama'ah ==
{{Utama|Shalat Berjama'ah}}
Shalat tertentu dianjurkan untuk dilakukan secara bersama-sama(berjama'ah). Pada shalat berjama'ah seseorang yang dianggap paling kompeten akan ditunjuk sebagai [[Imam Shalat]], dan yang lain akan berlaku sebagai [[Makmum]].
* Shalat yang dapat dilakukan secara berjama'ah antara lain :
** Shalat Fardhu
** Shalat Tarawih

* Shalat yang mesti dilakukan berjama'ah antara lain:
** Shalat Jumat
** Shalat Hari Raya (Ied)
** Shalat Istisqa'
{{Utama|Shalat Wajib}}
yaitu shalat yang tidak wajib berjamaah tetapi sebaiknya [[berjamaah]]

== Shalat dalam kondisi khusus ==
{{Utama|Safar (perjalanan)|Shalat Qashar|Shalat Jama’}}
Dalam situasi dan kondisi tertentu kewajiban melakukan shalat diberi keringanan tertentu. Misalkan saat seseorang sakit dan saat berada dalam perjalanan ([[Safar (perjalanan)|safar]]).

Bila seseorang dalam kondisi sakit hingga tidak bisa berdiri maka ia dibolehkan melakukan shalat dengan posisi duduk, sedangkan bila ia tidak mampu untuk duduk maka ia diperbolehkan shalat dengan berbaring, bila dengan berbaring ia tidak mampu melakukan gerakan tertentu ia dapat melakukannya dengan isyarat.

Sedangkan bila seseorang sedang dalam perjalanan, ia diperkenankan menggabungkan ([[Shalat Jama’|jama’]]) atau meringkas ([[Shalat Qashar|qashar]]) shalatnya. Menjama' shalat berarti menggabungkan dua shalat pada satu waktu yakni [[dzuhur]] dengan [[ashar]] atau [[maghrib]] dengan [[isya]]. Mengqasar shalat berarti meringkas shalat yang tadinya 4 raka'at (dzuhur,ashar,isya) menjadi 2 rakaat.

== Shalat dalam Al Qur'an ==
Berikut ini adalah ayat-ayat yang membahas tentang shalat di dalam [[Al Qur'an]], kitab suci agama Islam.
* ''Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang telah beriman: Hendak

Sabtu, 23 Januari 2010

Dzikir

'''Dzikir''' artinya mengingat Allah di antaranya dengan menyebut dan memuji nama Allah. Dzikir adalah satu kewajiban. Dalilnya adalah:

"Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya." [QS Al Ahzab 33:41]

Tidak berzikir akan mengakibatkan seseorang jadi orang yang rugi.

"Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi." [QS Al Munaafiquun 63:9]

Allah mengingat orang yang mengingatNya.

“Karena itu, ingatlah Aku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” [Al Baqarah:152]

'''"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka." [QS Ali 'Imran 3:190-191]'''

Dengan berzikir hati menjadi tenteram.

'''"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram." [QS 13:28]'''

Di antara zikir yang utama adalah Laa ilaaha illallahu (Tidak ada Tuhan selain Allah)

'''"Aku pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: 'Zikir yang paling utama adalah Laa ilaaha illallahu" [HR Turmudzi]'''

'''‘Rasulullah bersabda : ‘Sesungguhnya aku berkata bahwa kalimat : ‘Subhanallah, wal hamdulillah, wa Laa Ilaaha Illallah, wallahu akbar’ (Maha Suci Allah, dan segala puji bagi Allah, dan tidak ada Tuhan kecuali Allah, dan Allah Maha Besar) itu lebih kusukai daripada apa yang dibawa oleh matahari terbit.’ (HR Bukhari dan Muslim)'''

Zikir yang umum setelah sholat wajib 5 waktu adalah tasbih ("Subhanallahu") 33x, tahmid ("Alhamdulillah") 33x, dan takbir ("Allahu akbar") 33x.

Jumat, 22 Januari 2010

SURGA

'''Surga''' atau kadang dibaca '''sorga''' adalah sebuah tempat di alam [[akhirat]] yang dipercaya oleh para penganut beberapa agama sebagai lokasi berkumpulnya roh-roh manusia yang semasa hidup di dunia berbuat kebajikan sesuai ajaran agamanya. Istilah ini berasal dari [[bahasa Sansekerta]] yaitu ''Svarga''.

Dalam [[bahasa Jawa]] kata tersebut diserap menjadi ''Swarga''. Istilah Surga dalam [[bahasa Arab]] disebut ''Jannah'', sedangkan dalam [[bahasa Hokkian]] digunakan istilah ''Thian'' (天).

== Kahyangan dalam Budaya Jawa ==
Istilah ''Kahyangan'' berasal dari [[bahasa Jawa Kuna]] yang jika dipilah menjadi ''ka-hyang-an'', atau bermakna "tempat tinggal para Hyang atau leluhur". Sebelum masuknya [[agama Hindu]] dan [[Buddha]], masyarakat [[Indonesia]], misalnya [[Jawa]], sudah menganut agama pribumi berupa pemujaan terhadap arwah leluhur. Mereka menyebut leluhur mereka dengan istilah ''Hyang'' dan tempat tinggal mereka di alam gaib disebut ''kahyangan''.

Dengan masuknya agama Hindu dan Buddha, maka istilah ''Swarga'' pun dipakai berdampingan dengan istilah ''Kahyangan'', karena ''Swarga'' juga bermakna tempat tinggal para roh yang selama hidupnya berbuat kebaikan.

Dalam tradisi Jawa Baru, istilah ''Kahyangan'' dipakai untuk menyebut tempat tinggal para [[dewa]] dan [[bidadari]]. Sementara istilah ''Swarga'' tetap dipakai untuk menyebut tempat tinggal para roh yang semasa hidup bertindak sesuai aturan agamanya.

== Dalam Kristen ==
Surga atau Kerajaan Surga adalah [[kehidupan kekal]] yang dijanjikan [[Yesus]] kepada orang-orang yang percaya kepada-Nya. Istilah surga dipakai oleh penulis [[Alkitab]] menunjuk pada tempat yang [[kudus]] di mana [[Allah]] saat ini berada. Kehidupan kekal, ciptaan yang sempurna, tempat dimana Allah menghendaki untuk tinggal secara permanen dengan umat-Nya ({{Ayat|Wahyu|21|3}}). Tidak akan ada lagi pemisahan antara Allah dan manusia. Orang-orang beriman sendiri akan hidup dengan kemuliaan, dibangkitkan dengan tubuh yang baru; tidak akan ada penyakit, tidak ada kematian dan tidak ada air mata.

=== Catatan Alkitab ===
* Diciptakan oleh Allah. ({{Ayat|Kejadian|1|1}}; {{Ayat|Wahyu|10|6}})
* Kekal dan abadi. ({{Ayat|Mazmur|89|30}}; {{Ayat|2 Korintus|5|1}})
* Tidak terukur. ({{Ayat|Yeremia|31|37}})
* Tinggi. ({{Ayat|Mazmur|103|11}}; {{Ayat|Yesaya|57|15}})
* Kudus. ({{Ayat|Ulangan|26|15}}; {{Ayat|Mazmur|20|7}}; {{Ayat|Yesaya|57|15}})
* Tempat kediaman Allah. ({{Ayat|1 Raja-raja|8|30}}; {{Ayat|Matius|6|9}})
* Takhta Allah. ({{Ayat|Yesaya|66|1}}; {{Ayat|Kisah|7|49}})
* {{ulang|Malaikat}} diam di dalam surga. ({{Ayat|Matius|18|10}}; {{Ayat|Matius|24|36|plain=1}})
* Nama orang-orang kudus terdaftar di dalam surga. ({{Ayat|Lukas|10|20}}; {{Ayat|Ibrani|12|23}})
* Orang-orang kudus mendapat upah di dalam surga. ({{Ayat|Matius|5|12}}; {{Ayat|1 Petrus|1|4}})
* Pertobatan menyebabkan sukacita di dalam surga. ({{Ayat|Lukas|15|7}})
* Kumpulkan harta benda di dalam surga. ({{Ayat|Matius|6|20}}; {{Ayat|Lukas|12|33}})
* Daging dan darah tidak mendapat bagian di dalam surga. ({{Ayat|1 Korintus|15|20}})
* Kebahagiaan di surga dijelaskan. ({{Ayat|Wahyu|7|16-17}})
* Dinamai:
** Firdaus. ({{Ayat|2 Korintus|12|2,4}})
** Kerajaan [[Kristus]] dan Allah. ({{Ayat|Efesus|5|5}})
** Perhentian. ({{Ayat|Ibrani|4|9}})
** Rumah Bapa. ({{Ayat|Yohanes|14|2}})
** Sebuah lumbung. ({{Ayat|Matius|3|12}})
** [[Tanah air]] sorgawi. ({{Ayat|Ibrani|11|16}})
** Orang jahat tidak mendapat bagian dalam surga. ({{Ayat|Galatia|5|21}}; {{Ayat|Efesus|5|5}}; {{Ayat|Wahyu|22|15}})

== Dalam Islam ==
[[Qur'an]] banyak bercerita tentang sebuah kehidupan setelah mati di surga untuk orang yang selalu berbuat baik. Surga itu sendiri sering di jelaskan dalam Al-Qur'an surat Ar-Ra'du 13:35:
{{cquote|''Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang takwa ialah (seperti taman). mengalir sungai-sungai di dalamnya; buahnya tak henti-henti, sedang naungannya (demikian pula). Itulah tempat kesudahan bagi orang-orang yang bertakwa; sedang tempat kesudahan bagi orang-orang kafir ialah neraka.'' (Ar-Ra'du 13:35)}}

Setiap muslim percaya bahwa semua manusia dilahirkan suci. Dalam Islam pula, jika ada seorang bocah yang mati, maka secara otomatis akan pergi ke surga, tanpa mempedulikan agama kedua orang tuanya. Surga tertinggi tingkatnya adalah Firdaus (فردوس) - [[Pardis]] (پردیس), dimana para [[nabi]] dan [[rasul]], [[syuhada]] dan orang-orang saleh.

Tingkatan dan nama-nama syurga ialah:[http://dinul-islam.org/index.php?option=com_content&view=article&id=98:pintu-pintu-surga&catid=20:daqoiqul-akhbar&Itemid=19 Pintu-pintu Surga disitus web Dinul-Islam.org]
* [[Jannatul Firdaus]] yaitu surga yang terbuat dari emas merah.
* [[Jannatul 'Adn]] yaitu surga yang terbuat dari intan putih.
* [[Jannatun Na'iim]] yaitu surga yang terbuat dari perak putih.
* [[Jannatul Khuldi]] yaitu surga yang terbuat dari marjan yang berwarna merah dan kuning.
* [[Jannatul Ma'wa]] yaitu surga yang terbuat dari zabarjud hijau.
* [[Darus Salaam]] yaitu surga yang terbuat dari yaqut merah.
* [[Darul Jalal]] yaitu surga yang terbuat dari mutiara putih.
* [[Darul Qarar]] yaitu surga yang terbuat dari emas merah.

NERAKA

'''Neraka''' merupakan suatu tempat yang diyakini oleh penganut beberapa [[agama]] dan atau aliran kepercayaan sebagai tempat kesengsaraan [[abadi]] setelah [[mati]]. Tempat ini berada di alam gaib sebagai balasan atas perbuatan manusia yang dinilai menyimpang dari aturan agama.

== Personifikasi dalam Hindu ==
Istilah neraka berasal dari [[bahasa Sansekerta]], yaitu ''[[Naraka]]'' yang dalam [[mitologi Hindu]] dilukiskan sebagai seorang raksasa kejam. Ia merupakan putra dari [[bumi]], yang dilukiskan sebagai wanita cantik bernama [[Pertiwi]]. Naraka akhirnya tewas di tangan ayahnya sendiri, yaitu [[Wisnu]] yang dipuja umat [[Hindu]] sebagai dewa pemelihara dunia.

== Dalam Kristen ==
Kata “neraka” juga terdapat dalam banyak terjemahan Alkitab. Ayat-ayat yang sama dalam terjemahan-terjemahan lain menyebutkan “kubur”, “dunia orang mati”, dan sebagainya. Alkitab-Alkitab lain hanya mentransliterasikan kata-kata bahasa asli yang kadang-kadang diterjemahkan “neraka”; Dalam bahasa Ibrani, neraka diistilahkan sebagai "'''She’ohl'''" ([[syeol]]) dan dalam bahasa Yunani “'''Hai’des'''” ([[hades]]) sebagai kuburan umum dari umat manusia yang mati; Dalam bahasa Yunani "'''He’en-na'''" ([[gehenna]]) dan digunakan sebagai lambang dari kebinasaan kekal.

Dalam agama Kristen, Neraka terbagi dalam 3 tingkat, yaitu:
*Hades
Adalah tempat atau bagian dari neraka yang paling atas atau sama dengan tempat penantian. namun di dalam tempat penantian itupun banyak jiwa yang tidak luput dari pandangan para utusan neraka.
*Neraka
Adalah tempat atau bagian tengah dari neraka. Siksaan di bagian ini lebih kejam daripada di hades.
*Jurang tak berdasar.
Adalah bagian neraka yang paling dalam. Di tempat ini terdapat lautan api dan belerang dimana para jiwa yang berdosa direndam dalam lautan itu. Di tempat itu pula Allah memenjarakan Sang Naga atau Iblis yang akan dilepaskan pada masa tujuh tahun penderitaan.

== Dalam Islam ==
'''Neraka''' adalah tempat penyiksaan bagi mahluk [[Allah]] yang membangkang. Mereka adalah orang-orang yang membangkang terhadap [[syariat]] Allah dan mengingkari Rasulullah saw.

Kata neraka sering disebutkan dalam kitab suci [[Al-Qur'an]] dan jumlahnya sangat banyak sekali.
Dalam [[bahasa Arab]] disebut ''naar''النار (ar)* (an-nār).

Siapapun orang yang dimasukkan ke dalam neraka, dia tidak akan keluar darinya. Pintu neraka berdiri kokoh dan tertutup rapat. Itulah pejara bagi orang-orang yang menganggap remeh berita tentang pengadilan akhirat.

Ada juga orang-orang yang terakhir kali masuk surga, setelah mereka di siksa sesuai dengan dosa-dosanya yang telah mereka perbuat.

Didalam [[Al-Qur'an]] disebutkan [[bahan bakar]] neraka adalah dari [[manusia]] dan [[batu]] (ada yang mengartikan [[berhala]]). Pintu [[gerbang]] Neraka di pimpin oleh [[Malaikat]] [[Malaikat Malik|Malik]], yang memiliki 19 malaikat penyiksa didalam Neraka, salah satunya yang disebut namanya dalam Al-Qur'an adalah [[Zabaniah]].

Walaupun neraka sering digambarkan sebagai tempat penyiksaan yang teramat panas, tetapi ada hawa neraka menjadi teramat sangat dingin. Disebutkan di dalam Al-Qur'an:
{{cquote|''Inilah (azab neraka), biarlah mereka merasakannya, (minuman mereka) air yang sangat panas dan air yang sangat dingin. ({{Quran-s|Sad|38|57}})}}

Siksaan di dalam neraka yang paling ringan diberikan [[sandal]] api yang bisa membuat [[otak]] mereka mendidih.
“Sesungguhnya penghuni neraka yang paling ringan siksaannya ialah orang yang diberi sepasang [[sandal]] yang talinya terbuat dari [[api]] neraka, lalu mendidihlah [[otak]]nya karena panasnya yang laksana air panas mendidih di dalam [[periuk]]. Dia mengira tiada seorangpun yang menerima siksaan lebih dahsyat dari itu, padahal dialah orang yang mendapat siksaan paling ringan.” (HR. [[Bukhari]]-[[Muslim]])

=== Nama-nama pintu neraka ===
Neraka tempat penyiksaan itu kemudian banyak disebut orang dengan nama '''[[Jahannam]]'''. Jahannam itu memiliki 7 [[pintu]], setiap pintu (tingkat), telah ditetapkan untuk golongan tertentu dari para makhluk-Nya. Pintu (tingkat) neraka yang disebutkan didalam [[Al Qur'an]] adalah:

* '''[[Hawiyah]]''' {{br}} Neraka yang diperuntukkan atas orang-orang yang ringan timbangan amalnya, yaitu mereka yang selama hidup didunia mengerjakan kebaikan bercampur dengan keburukan. Orang [[muslim]] laki dan perempuan yang tidak tanduknya tidak sesuai dengan ajaran agama Islam, seperti para wanita muslim yang tidak menggunakan [[jilbab]], bagi para lelaki muslim yang sering memakai [[sutra]] dan [[emas]], mencari rejeki dengan cara tidak halal, memakan [[riba]] dan sebagainya, Hawiyah adalah sebagai tempat tinggalnya. [[Surah Al-Qari'ah]].
* '''[[Jahiim]]''' {{br}} Neraka sebagai tempat penyiksaan orang-orang [[musyrik]] atau orang yang menyekutukan [[Allah]]. Mereka akan disiksa oleh para sesembahan mereka. Dalam ajaran Islam [[syirik]] adalah sebagai salah satu [[dosa]] paling besar menurut Allah, karena syirik berarti menganggap bahwa ada [[makhluk]] yang lebih hebat dan berkuasa sehebat Allah dan bisa pula menganggap bahwa ada Tuhan selain Allah. [[Surah Asy-Syu'ara']] dan [[Surah As-Saffat]].
* '''[[Saqar]]''' {{br}} Neraka untuk orang [[munafik]], yaitu orang yang mendustakan perintah [[Allah]] dan [[rasul]]. Mereka mengetahui bahwa Allah sudah menentukan hukum Islam melalui lisan [[Muhammad]], tetapi mereka meremehkan syariat Islam. [[Surah Al-Muddassir]].
* '''[[Lazhaa]]''' {{br}} Neraka yang disedi

Kamis, 21 Januari 2010

SESAT

[[Sesat]] atau [[kesesatan]] bahasa Arabnya adalah ''dhalâl'' atau ''dhalâlah''. Ia merupakan ''mashdar'' (''gerund'') dari ''dhalla–yadhillu–dhalâl''[an] ''wa dhalâlat''[an]; maknanya di antaranya: ''ghâba wa khâfa'' (tersembunyi), ''dzahaba'' (pergi/lenyap), ''dhâ’a'' (sia-sia), ''halaka'' (rusak), ''nasiya'' (lupa), ''al-hayrah'' (bingung), dan ''khatha’a'' (keliru).1

== Pendapat Para Ahli ==
[[Abu Amru]] seperti dikutip [[al-Azhari]] dan [[Ibn Manzhur]], [[Abu Manshur]] yang dikutip Ibn Manzhur, dan [[Ibn al-‘Arabi]] yang dikutip [[al-Qurthubi]], menyatakan bahwa asal dari ''dhalâl'' adalah ''al-ghaybûbah'' (tersembunyi/gaib).2 Menurut ''al-Alusi'' dan [[Abu Hilal al-‘Askari]], asal dari ''dhalâl'' adalah ''al-halâk'' (rusak).3 Kemudian [[al-Baghawi]] menggabungkan keduanya bahwa asal dari ''dhalâl'' adalah ''al-halâk wa al-ghaybûbah'' (rusak dan tersembunyi).4

Kata ''dhalla'' dan bentukannya banyak sekali terdapat di dalam [[al-Quran]] dan [[hadis]]. Al-Quran menyatakan kata ''dhalla'' dan bentukannya minimal sebanyak 191 kali di 105 ayat. Di antaranya juga menggunakan makna bahasa di atas (Lihat, misalnya: QS Thaha [20]: 52; QS asy-Syuara’ [26]: 20; QS al-Baqarah [2]: 282; QS ar-Ra’d [13]: 14; QS al-An’am [6]: 94; QS al-Qamar [54]: 47).

''Dhalâl'' juga berarti ''dhiddu al-hudâ wa ar-rasyâd'' (lawan dari petunjuk dan bimbingan). [[Ibn al-Kamal]] dan [[al-Jurjani]] menyatakan bahwa dhalâl adalah ketiadaan sesuatu yang mengantarkan pada apa yang dituntut; atau jalan yang tidak mengantarkan kepada yang dicari/tujuan.5 [[Al-Qurthubi]] mengatakan bahwa dhalâl hakikatnya adalah pergi meninggalkan kebenaran, diambil dari tersesatnya jalan, yaitu menyimpang dari jalan yang seharusnya. [[Ibn ‘Arafah]] berkata, “Adh-Dhalâl, menurut orang Arab, adalah berjalan di jalan yang bukan jalan yang dimaksud (bukan jalan yang mengantarkan pada maksud dan tujuan).”6

[[Abu Ja’far]], seperti dinukil oleh [[ath-Thabari]], mengatakan, “Jadi, setiap orang yang menyimpang dari jalan yang dimaksudkan, dan menempuh selain jalan yang lurus, menurut orang Arab, ia sesat, karena ketersesatannya dari arah jalan yang seharusnya.”7

Walhasil, dhalâl secara [[tradisi]] tidak lain adalah [[penyimpanga]]n dari jalan yang bisa mengantarkan pada tujuan yang diinginkan, atau penyimpangan dari jalan yang seharusnya.

== Pandangan Secara Syar'i ==

Secara [[syar’i]], jalan yang dimaksud tentu saja jalan kebenaran (''tharîq al-haqq'') atau jalan yang lurus (tharîq al-mustaqim), yang tidak lain adalah Islam itu sendiri. [[Prof. Rawas Qal’ah Ji]] menjelaskan bahwa ''adh-dhalâl'' adalah tidak tertunjuki pada kebenaran (‘adam al-ihtidâ’ ilâ al-haqq).8 Menurut ar-Raghib al-Asfahani, adh-dhalâl adalah penyimpangan dari jalan yang lurus (al-‘udûl ‘an ath-tharîq al-mustaqîm). Al-Qurthubi, ketika menafsirkan surat al-A’raf ayat 60, menyatakan bahwa adh-dhalâl adalah penyimpangan dari jalan kebenaran dan pergi darinya (al-‘udûl ‘an tharîq al-haqq wa adz-dzihâb ‘anhu).

Adh-Dhalâl bisa terjadi dalam masalah akidah maupun hukum syariah. Murtadha az-Zabidi di dalam Tâj al-’Urûs (1/7250) menyatakan, “Adh-Dhalâl (dilihat) dari sisi lain ada dua bentuk: dhalâl pada al-’ulûm an-nazhariyyah seperti dhalâl dalam ma’rifah akan wahdaniyah Allah, kenabian, dsb yang ditunjukkan dalam QS an-Nisa’ [4]: 136; dan dhalâl dalam al-’ulûm al-’amaliyyah seperti ma’rifah tentang hukum-hukum syariah, yang merupakan ibadah.”9


=== Al-Quran ===


Al-Quran menjelaskan orang-orang yang sesat, yaitu orang-orang yang menyekutukan Allah (QS an-Nisa’ [4]: 116); orang kafir (QS an-Nisa’ [4]: 136); orang murtad alias menjadi kafir setelah beriman (QS Ali Imran [3]: 90); orang yang membunuh anak-anak mereka karena kebodohan lagi tidak mengetahui, dan mereka mengharamkan apa yang Allah telah berikan kepada mereka semata-mata demi mendustakan Allah (QS al-An’am [6]:140); berputus asa dari rahmat Tuhannya (QS al-Hijr [15]: 56); orang yang telah dikuasai oleh kejahatannya (QS al-Mu’minun [23]:106); mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, yaitu memilih yang lain dalam suatu perkara, padahal Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu keputusan dalam perkara tersebut (QS al-Ahzab [33]: 36); orang kafir, yaitu orang yang lebih menyukai kehidupan dunia daripada kehidupan akhirat serta menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah dan menginginkan agar jalan Allah itu bengkok (QS Ibrahim [14]: 2-3). Termasuk bagian dari kesesatan (adh-dhalâlah) adalah perilaku berhukum kepada thaghut (QS an-Nisa’ [4]: 60) serta mengambil musuh Allah dan musuh kaum Muslim sebagai wali, karena rasa kasih sayang (QS Mumtahanah [60]: 28), dan sebagainya.

Berdasarkan semua itu, secara syar’i, adh-dhalâl bisa didefinisikan sebagai penyimpangan dari Islam dan kufur terhadap Islam (inhirâf ’an al-islâm wa kufr bihi). Dengan demikian, semua bentuk penyimpangan dari Islam merupakan bagian dari kesesatan. Akan tetapi, tidak semua bentuk penyimpangan dari Islam itu menjadikan pelakunya bisa divonis sesat. Al-Quran sendiri menjelaskan bahwa perbuatan berhukum pada hukum thaghut (hukum selain dari yang diturunkan oleh Allah) merupakan perbuatan kufur. Namun, tidak semua pelakunya divonis kafir, tetapi ada juga yang dinilai fasik atau zalim.

Penyimpangan dari Islam itu bisa berupa kesalahan, yaitu kekeliruan pemahanan dan praktik yang terkait dengan perkara syariah yang konsekuensinya adalah maksiat. Namun, penyimpangan bisa juga dalam bentuk kesalahan pemahaman yang terkait dengan perkara akidah atau syariah, tetapi

MUSRIK

'''Musyrik''' adalah orang yang melakukan dosa syirik (berasal dari kata syarikah : persekutuan) yaitu mempersekutukan atau membuat tandingan hukum atau ajaran lain selain dari ajaran/hukum [[Allah]]. Syirik adalah akhlak yang melampaui batas aturan dan bertentangan dengan prinsip [[tauhid]] yaitu dengan mengabdi , tunduk , taat secara sadar dan sukarela pada sesuatu ajaran / perintah selain dari ajaran Allah.

Dalam Islam, ''syirik adalah dosa yang tak bisa diampuni'' kecuali dengan pertobatan dan meninggalkan kemusyrikan sejauh-jauhnya.

Kemusyrikan secara personal dilaksanakan dengan mengikuti ajaran2 selain ajaran Allah secara sadar dan sukarela (membenarkan ajaran syirik dalam qalbu, menjalankannya dalam tindakan dan berusaha menegakkan atau menjaga ajaran syirik tersebut).

Kemusyrikan secara sosial/komunal (jama'ah atau bangsa) dijelaskan pada surat Ar-Rum/Roma 31-32:

''..janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah yaitu orang-orang yang memecah-belah [[din]] mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.''

Jadi fanatisme golongan/sektarian dengan berpecah belah dari ajaran Allah merupakan kemusyrikan yang besar karena melibatkan manusia secara sosial, antara lain dengan bermazhab-mazhab, berpartai-partai dengan tujuan kepentingan kelompok mereka sendiri dan menciptakan aturan-aturan sendiri(yang berlandaskan kepentingan kelompok tersebut). Keadaan ini menyebabkan disintegrasi antar manusia, kalaupun terjadi perdamaian yang ada adalah perdamaian semu, sehingga kehendak Allah pada manusia tidak bisa terlaksana karena kekacauan.

Tujuan diutusnya para Rasul adalah untuk mengintegrasikan kembali manusia dari kondisi berpecah belah, kembali menjadi Ummat yang Tauhid (satu) yaitu satu Azas/Prinsip ([[Rubbubiyah]]) , satu kekuasaan ([[Mulkiyah]]) dan satu ketaatan ([[Uluhiyah]]). Adapun Azas2 atau prinsip-prinsip tersebut telah ada pada alam semesta dan Kitab-kitab Allah yang pernah diturunkan sebagai sumber dari segala sumber hukum.
Rububiyah Allah adalah mengesakan [[Allah]] dalam tiga perkara yaitu penciptaan-Nya, kekuasaan-Nya, dan pengaturan-Nya. (Lihat Syarah Aqidah Al Wasithiyyah Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin hal 14)

ALLAH YANG MAHA PENCIPTA, MAHA KUASA DAN MAHA PENGATUR

Allah yang merencanakan PENCIPTAAN, KEKUASAAN DAN PENGATURAN, suatu kejadian/penciptaan sebut saja proses seekor nyamuk dari sebelum ada, akan menjadi ada, setelah ada Allah mengatur kehidupan, habitat nyamuk apa yang akan dimakannya, kemana ia akan terbang berapa jumlah jatah makanan detik ini, dengan myamuk mana ia akan kawin, Allah yang memberi tahukan atau memberi petunjuk ke mana ia akan mencari makanan, bagaimana bentuk, rupa warna, bau makanannya dan berapa jumlah makanan yang akan di dapatnya Allah yang memaklumkan yang memberitahukan, mengajar, mendidik nyamuk tersebut, dan menentukan berapa telur yang akan dihasilkannya, mengatur keturunannya seterusnya-seterusnya.

Allah Maha Pencipta segala sesuatu, Mencipta segala sesuatu mmenjadi nyata, segala sesuatu menjadi berbeda, segala sesuatu menjadi berupa-rupa, segala sesuatu menjadi nyata warna-warninya, terang, gelap, kabur, samar-samar dan sampai tak terlihat sama sekali, karena Allah menciptakan sesuatu menjadi nyata, maka Allah itu secara hakikat sebenarnya/sesungguhnya lebih nyata dari segala sesuatu, bagaimana segala sesuatu menghijab Allah sedangkan segala sesuatu itu Dia yang menjadikan Nyata dan Allah Maha Besar dari segala sesuatu(segala sesuatu yang dimaksud di sini adalah Selain dari Allah SWT),segala sesuatu lebih kecil dari pada Dia, bagaimana mungkin yang kecil mendinding Yang Maha Besar, kalaulah ada Yang Maha Besar bisa dihijab/didinding oleh sesuatu maka bukanlah Dia Maha Besar.

Bukankah kebanyakan dari manuasia itu tidak mengenal Allah dengan sebenarnya ' Awaluddin Ma'rifatullah /awal agama mengenal Allah" mengenal Allah tidak hanya kenal nama dan tidak kenal dengan Yang Empunya Nama, kalau tidak mengenal Allah dengan sebenarnya kemungkinan akan bertingkah laku, beranggapan, berapresiasi terhadap sesuatu termasuk kepada Syirik (Menyekutukan Allah) inilah dosa yang tidak akan diampunkan. " Dosa walau sepenuh langit dan bumi akan diampunkan Oleh Allah Yang Maha Pengampun kecuali dosa syirik (menyekutukanNya)atau Bagaimana mungkinkah untuk memahami arti atau maksud kalimat "mendekatkan diri kepada Allah" sedang Allah itu lebih dekat dari urat leher kita ? atau iman (percaya) sedangkan kita belum kenal, atau setengah kenal, kemungkin juga kita belum iman atau setengah iman. (Ruslan FK. Unsri)

== Makna Tauhid Rububiyah Allah ==
Maknanya, menyakini bahwa Allah adalah Dzat yang menciptakan, menghidupkan, mematikan, memberi rizki, mendatangkan segala mamfaat dan menolak segala mudharat. Dzat yang mengawasi, mengatur, penguasa, pemilik hukum dan selainnya dari segala sesuatu yang menunjukkan kekuasaan tunggal bagi Allah. Dari sini, seorang mukmin harus meyakini bahwa tidak ada seorangpun yang menandingi Allah dalam hal ini. Allah mengatakan: “’Katakanlah!’ Dialah Allah yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya sgala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan-Nya.” (QS. Al Ikhlash: 1-4)


=== Konsekuensi Tauhid Rububiyah ===
Maka ketika seseorang meyakini bahwa selain Allah ada yang memiliki kemampuan untuk melakukan seperti di atas, berarti orang tersebut telah mendzalimi Allah dan menyekutukan-Nya dengan selain-Nya.

=== Sikap Jahiliyah dalam Tauhid Rububiyah ===
Dalam masalah rububiyah Allah sebagian orang kafir jahiliyah tidak mengingkarinya sedikitpun dan mereka meyakini bahwa yang mampu melakukan demikian hanyalah Allah semata. Mereka tidak menyakini bahwa apa yang selama ini mereka sembah dan agungkan mampu melakukan hal yang demikian itu. Lalu apa tujuan mereka menyembah Tuhan yang banyak itu? Apakah mereka tidak mengetahui jikalau ‘tuhan-tuhan’ mereka itu tidak bisa berbuat apa-apa? Dan apa yang mereka inginkan dari sesembahan itu?

== Tujuan Cerita Allah dalam Al Qur'an ==
'''Allah telah menceritakan di dalam Al Qur’an bahwa mereka memiliki dua tujuan.'''
=== Pertama Mendekatkan Diri Kepada AllAh ===
Mendekatkan diri mereka kepada Allah dengan sedekat-dekatnya sebagaimana firman Allah: “Dan orang-orang yang menjadikan selain Allah sebagai penolong (mereka mengatakan): ‘Kami tidak menyembah mereka melainkan agar mereka mendekatkan kami di sisi Allah dengan sedekat-dekatnya’.” (Az Zumar: 3 )

=== Kedua syafa’at (pembelaan ) di sisi Allah ===
Agar mereka memberikan syafa’at (pembelaan ) di sisi Allah. Allah berfirman: “Dan mereka menyembah selain Allah dari apa-apa yang tidak bisa memberikan mudharat dan manfaat bagi mereka dan mereka berkata: ‘Mereka (sesembahan itu) adalah yang memberi syafa’at kami di sisi Allah’.” (QS. Yunus: 18, Lihat kitab Kasyfusy Syubuhat karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab)

Keyakinan sebagian orang kafir terhadap tauhid rububiyah Allah telah dijelaskan Allah dalam beberapa firman-Nya: “Kalau kamu bertanya kepada mereka siapakah yang menciptakan mereka? Mereka akan menjawab Allah.” (QS. Az Zukhruf: 87) “Dan kalau kamu bertanya kepada mereka siapakah yang menciptakan langit dan bumi dan yang menundukkan matahari dan bulan? Mereka akan mengatakan Allah.” (QS. Al Ankabut: 61) “Dan kalau kamu bertanya kepada mereka siapakah yang menurunkan air dari langit lalu menghidupkan bumi setelah matinya? Mereka akan menjawab Allah.” (QS. Al Ankabut: 63)

== Kesimpulan Umum =
Rububiyah Allah adalah mengesakan [[Allah]] dalam tiga perkara yaitu penciptaan-Nya, kekuasaan-Nya, dan pengaturan-Nya. (Lihat Syarah Aqidah Al Wasithiyyah Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin hal 14)

ALLAH YANG MAHA PENCIPTA, MAHA KUASA DAN MAHA PENGATUR

Allah yang merencanakan PENCIPTAAN, KEKUASAAN DAN PENGATURAN, suatu kejadian/penciptaan sebut saja proses seekor nyamuk dari sebelum ada, akan menjadi ada, setelah ada Allah mengatur kehidupan, habitat nyamuk apa yang akan dimakannya, kemana ia akan terbang berapa jumlah jatah makanan detik ini, dengan myamuk mana ia akan kawin, Allah yang memberi tahukan atau memberi petunjuk ke mana ia akan mencari makanan, bagaimana bentuk, rupa warna, bau makanannya dan berapa jumlah makanan yang akan di dapatnya Allah yang memaklumkan yang memberitahukan, mengajar, mendidik nyamuk tersebut, dan menentukan berapa telur yang akan dihasilkannya, mengatur keturunannya seterusnya-seterusnya.

Allah Maha Pencipta segala sesuatu, Mencipta segala sesuatu mmenjadi nyata, segala sesuatu menjadi berbeda, segala sesuatu menjadi berupa-rupa, segala sesuatu menjadi nyata warna-warninya, terang, gelap, kabur, samar-samar dan sampai tak terlihat sama sekali, karena Allah menciptakan sesuatu menjadi nyata, maka Allah itu secara hakikat sebenarnya/sesungguhnya lebih nyata dari segala sesuatu, bagaimana segala sesuatu menghijab Allah sedangkan segala sesuatu itu Dia yang menjadikan Nyata dan Allah Maha Besar dari segala sesuatu(segala sesuatu yang dimaksud di sini adalah Selain dari Allah SWT),segala sesuatu lebih kecil dari pada Dia, bagaimana mungkin yang kecil mendinding Yang Maha Besar, kalaulah ada Yang Maha Besar bisa dihijab/didinding oleh sesuatu maka bukanlah Dia Maha Besar.

Bukankah kebanyakan dari manuasia itu tidak mengenal Allah dengan sebenarnya ' Awaluddin Ma'rifatullah /awal agama mengenal Allah" mengenal Allah tidak hanya kenal nama dan tidak kenal dengan Yang Empunya Nama, kalau tidak mengenal Allah dengan sebenarnya kemungkinan akan bertingkah laku, beranggapan, berapresiasi terhadap sesuatu termasuk kepada Syirik (Menyekutukan Allah) inilah dosa yang tidak akan diampunkan. " Dosa walau sepenuh langit dan bumi akan diampunkan Oleh Allah Yang Maha Pengampun kecuali dosa syirik (menyekutukanNya)atau Bagaimana mungkinkah untuk memahami arti atau maksud kalimat "mendekatkan diri kepada Allah" sedang Allah itu lebih dekat dari urat leher kita ? atau iman (percaya) sedangkan kita belum kenal, atau setengah kenal, kemungkin juga kita belum iman atau setengah iman.

== Makna Tauhid Rububiyah Allah ==
Maknanya, menyakini bahwa Allah adalah Dzat yang menciptakan, menghidupkan, mematikan, memberi rizki, mendatangkan segala mamfaat dan menolak segala mudharat. Dzat yang mengawasi, mengatur, penguasa, pemilik hukum dan selainnya dari segala sesuatu yang menunjukkan kekuasaan tunggal bagi Allah. Dari sini, seorang mukmin harus meyakini bahwa tidak ada seorangpun yang menandingi Allah dalam hal ini. Allah mengatakan: “’Katakanlah!’ Dialah Allah yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya sgala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan-Nya.” (QS. Al Ikhlash: 1-4)


=== Konsekuensi Tauhid Rububiyah ===
Maka ketika seseorang meyakini bahwa selain Allah ada yang memiliki kemampuan untuk melakukan seperti di atas, berarti orang tersebut telah mendzalimi Allah dan menyekutukan-Nya dengan selain-Nya.

=== Sikap Jahiliyah dalam Tauhid Rububiyah ===
Dalam masalah rububiyah Allah sebagian orang kafir jahiliyah tidak mengingkarinya sedikitpun dan mereka meyakini bahwa yang mampu melakukan demikian hanyalah Allah semata. Mereka tidak menyakini bahwa apa yang selama ini mereka sembah dan agungkan mampu melakukan hal yang demikian itu. Lalu apa tujuan mereka menyembah Tuhan yang banyak itu? Apakah mereka tidak mengetahui jikalau ‘tuhan-tuhan’ mereka itu tidak bisa berbuat apa-apa? Dan apa yang mereka inginkan dari sesembahan itu?

== Tujuan Cerita Allah dalam Al Qur'an ==
'''Allah telah menceritakan di dalam Al Qur’an bahwa mereka memiliki dua tujuan.'''
=== Pertama Mendekatkan Diri Kepada AllAh ===
Mendekatkan diri mereka kepada Allah dengan sedekat-dekatnya sebagaimana firman Allah: “Dan orang-orang yang menjadikan selain Allah sebagai penolong (mereka mengatakan): ‘Kami tidak menyembah mereka melainkan agar mereka mendekatkan kami di sisi Allah dengan sedekat-dekatnya’.” (Az Zumar: 3 )

=== Kedua syafa’at (pembelaan ) di sisi Allah ===
Agar mereka memberikan syafa’at (pembelaan ) di sisi Allah. Allah berfirman: “Dan mereka menyembah selain Allah dari apa-apa yang tidak bisa memberikan mudharat dan manfaat bagi mereka dan mereka berkata: ‘Mereka (sesembahan itu) adalah yang memberi syafa’at kami di sisi Allah’.” (QS. Yunus: 18, Lihat kitab Kasyfusy Syubuhat karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab)

Keyakinan sebagian orang kafir terhadap tauhid rububiyah Allah telah dijelaskan Allah dalam beberapa firman-Nya: “Kalau kamu bertanya kepada mereka siapakah yang menciptakan mereka? Mereka akan menjawab Allah.” (QS. Az Zukhruf: 87) “Dan kalau kamu bertanya kepada mereka siapakah yang menciptakan langit dan bumi dan yang menundukkan matahari dan bulan? Mereka akan mengatakan Allah.” (QS. Al Ankabut: 61) “Dan kalau kamu bertanya kepada mereka siapakah yang menurunkan air dari langit lalu menghidupkan bumi setelah matinya? Mereka akan menjawab Allah.” (QS. Al Ankabut: 63)

== Kesimpulan Umum =
{{Aqidah}}
{{Islam}}
'''Tauhid''' ([[Bahasa Arab|Arab]] :توحيد), adalah konsep dalam [[aqidah]] [[Islam]] yang menyatakan keesaan [[Allah]].

Tauhid dibagi menjadi 3 macam yakni tauhid [[rububiyah]], [[uluhiyah]] dan [[Asma wa Sifat]].
Mengamalkan tauhid dan menjauhi [[syirik]] merupakan konsekuensi dari kalimat [[syahadat|sahadat]] yang telah diikrarkan oleh seorang muslim.

== Kedudukan Tauhid dalam Islam ==
Seorang muslim meyakini bahwa tauhid adalah dasar Islam yang paling agung dan hakikat Islam yang paling besar, dan merupakan salah satu syarat merupakan syarat diterimanya amal perbuatan disamping harus sesuai dengan tuntunan rasulullah.

== Dalil Al Qur'an Tentang Keutamaan & Keagungan Tauhid ==
Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa berfirman: ''"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu''" (QS An Nahl: 36)

''"Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan"'' (QS At Taubah: 31)

''"Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik)"'' (QS Az Zumar: 2-3)

''"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus''" (QS Al Bayinah: 5)

== Perkataan Ulama tentang Tauhid ==
Syaikhul Islam [[Ibnu Taimiyah]] rahimahullah mengatakan: ''"Orang yang mau mentadabburi keadaan alam akan mendapati bahwa sumber kebaikan di muka bumi ini adalah bertauhid dan beribadah kepada Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa serta taat kepada Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam. Sebaliknya semua kejelekan di muka bumi ini; fitnah, musibah, paceklik, dikuasai musuh dan lain-lain penyebabnya adalah menyelisihi Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam dan berdakwah (mengajak) kepada selain Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa. Orang yang mentadabburi hal ini dengan sebenar-benarnya akan mendapati kenyataan seperti ini baik dalam dirinya maupun di luar dirinya"'' (Majmu' Fatawa 15/25)

Karena kenyataannya demikian dan pengaruhnya-pengaruhnya yang terpuji ini, maka syetan adalah makhluk yang paling cepat (dalam usahanya) untuk menghancurkan dan merusaknya. Senantiasa bekerja untuk melemahkan dan membahayakan tauhid itu. Syetan lakukan hal ini siang malam dengan berbagai cara yang diharapkan membuahkan hasil.

Jika syetan tidak berhasil (menjerumuskan ke dalam) syirik akbar, syetan tidak akan putus asa untuk menjerumuskan ke dalam syirik dalam berbagai kehendak dan lafadz (yang diucapkan manusia). Jika masih juga tidak berhasil maka ia akan menjerumuskan ke dalam berbagai bid'ah dan khurafat. (Al Istighatsah, karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah hal 293, lihat Muqaddimah Fathul Majiid tahqiq DR Walid bin Abdurrahman bin Muhammad Ali Furayaan, hal 4)

== Pembagian Tauhid ==
=== Rububiyah ===
Beriman bahwa hanya Allah satu-satunya [[Rabb]] yang memiliki, merencanakan, menciptakan, mengatur, memelihara, memberi rezeki, memberikan manfaat, menolak mudharat serta menjaga seluruh Alam Semesta. Sebagaimana terdapat dalam [[Al Quran]] [[surat Az Zumar]] ayat 62 :''"Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu''". Hal yang seperti ini diakui oleh seluruh manusia, tidak ada seorang pun yang mengingkarinya. Orang-orang yang mengingkari hal ini, seperti kaum atheis, pada kenyataannya mereka menampakkan keingkarannya hanya karena kesombongan mereka. Padahal, jauh di dalam lubuk hati mereka, mereka mengakui bahwa tidaklah alam semesta ini terjadi kecuali ada yang membuat dan mengaturnya. Mereka hanyalah membohongi kata hati mereka sendiri. Hal ini sebagaimana firman Alloh'' “Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu? sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan).“'' (Ath-Thur: 35-36)

Namun pengakuan seseorang terhadap Tauhid Rububiyah ini tidaklah menjadikan seseorang beragama Islam karena sesungguhnya orang-orang musyrikin Quraisy yang diperangi Rosululloh mengakui dan meyakini jenis tauhid ini. Sebagaimana firman Alloh, ''“Katakanlah: ‘Siapakah Yang memiliki langit yang tujuh dan Yang memiliki ‘Arsy yang besar?’ Mereka akan menjawab: ‘Kepunyaan Alloh.’ Katakanlah: ‘Maka apakah kamu tidak bertakwa?’ Katakanlah: ‘Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari -Nya, jika kamu mengetahui?’ Mereka akan menjawab: ‘Kepunyaan Alloh.’ Katakanlah: ‘Maka dari jalan manakah kamu ditipu?’”'' (Al-Mu’minun: 86-89).

=== Uluhiyah/Ibadah ===
Beriman bahwa hanya Allah semata yang berhak disembah, tidak ada sekutu bagiNya.
''"Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang orang yang berilmu (juga menyatakan demikian). Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia yang Mahaperkasa lagi Maha Bijaksana"'' (Al Imran : 18).
Beriman terhadap uluhiyah Allah merupakan konsekuensi dari keimanan terhadap rububiyahNya. Mengesakan Alloh dalam segala macam ibadah yang kita lakukan. Seperti shalat, doa, nadzar, menyembelih, tawakkal, taubat, harap, cinta, takut dan berbagai macam ibadah lainnya. Dimana kita harus memaksudkan tujuan dari kesemua ibadah itu hanya kepada Alloh semata. Tauhid inilah yang merupakan inti dakwah para rosul
''Hizbut Tahrir'' berprinsip dasar pada ''kebebasan'' yaitu terbebas dari doktrin-doktrin [[Islamisme]] yang lama serta menolak pemimpin yang dipilih berdasarkan sistim ''demokrasi'' termasuk [[pemilihan umum]] dengan melakukan [[propaganda]] bertujuan untuk menggabungkan semua negara Muslim untuk melebur ke dalam sebuah negara yaitu berdasarkan doktrin [[Sistim Islam]] yang disebutnya sebagai [[Negara Islam]] atau [[unitariat]] [[kalifah]]

== Menurut versi Hizbut Tahrir ==
=== Latar belakang pendirian dan sejarah menurut versi Hizbut Tahrir ===
Hizbut Tahrir bermaksud membangkitkan kembali umat Islam dari kemerosotan yang amat parah, membebaskan umat dari ide-ide, sistem perundang-undangan, dan hukum-hukum kufur, serta membebaskan mereka dari cengkeraman dominasi dan pengaruh negara-negara kafir. Hizbut Tahrir bermaksud juga membangun kembali Daulah Khilafah Islamiyah di muka bumi, sehingga hukum yang diturunkan Allah SWT dapat diberlakukan kembali.

==== Keharusan Berdirinya Partai-partai Politik Menurut Syariat ====

Berdirinya Hizbut Tahrir, sebagaimana telah disebutkan, adalah dalam rangka memenuhi seruan Allah SWT, “Hendaklah ada di antara kalian segolongan umat.” Dalam ayat ini, sesungguhnya Allah SWT telah memerintahkan umat Islam agar di antara mereka ada suatu jamaah (kelompok) yang terorganisasi. Kelompok ini memiliki dua tugas: (1) mengajak pada al-Khayr, yakni mengajak pada al-Islâm; (2) memerintahkan kebajikan (melaksanakan syariat) dan mencegah kemungkaran (mencegah pelanggaran terhadap syariat).

Perintah untuk membentuk suatu jamaah yang terorganisasi di sini memang sekadar menunjukkan adanya sebuah tuntutan (thalab) dari Allah. Namun demikian, terdapat qarînah (indikator) lain yang menunjukkan bahwa tuntutan tersebut adalah suatu keniscayaan. Oleh karena itu, aktivitas yang telah ditentukan oleh ayat ini yang harus dilaksanakan oleh kelompok yang terorganisasi tersebut --yakni mendakwahkan Islam dan melaksanakan amar makruf nahi mungkar-- adalah kewajiban yang harus ditegakkan oleh seluruh umat Islam. Kewajiban ini telah diperkuat oleh banyak ayat lain dan sejumlah hadis Rasulullah saw. Rasulullah saw., misalnya, bersabda, “Demi Zat Yang diriku berada di tangan-Nya, sungguh kalian (mempunyai dua pilihan): melaksanakan amar makruf nahi mungkar ataukah Allah benar-benar akan menimpakan siksaan dari sisi-Nya. Kemudian, setelah itu kalian berdoa, tetapi doa kalian itu tidak akan dikabulkan.” (H.R. At-Turmudzî, hadis no. 2259). Hadis di atas merupakan salah satu qarînah (indikator) yang menunjukkan bahwa thalab (tuntutan) tersebut bersifat tegas dan perintah yang terkandung di dalamnya hukumnya adalah wajib.

Jamaah terorganisasi yang dimaksud haruslah berbentuk partai politik. Kesimpulan ini dapat dilihat dari segi: (1) ayat di atas telah memerintahkan kepada umat Islam agar di antara mereka ada sekelompok orang yang membentuk suatu jamaah; (2) ayat di atas juga telah membatasi aktivitas jamaah yang dimaksud, yaitu mendakwahkan Islam dan melaksanakan amar makruf nahyi munkar.

Sementara itu, aktivitas amar makruf nahi mungkar di dalamnya mencakup upaya menyeru para penguasa agar mereka berbuat kebajikan (melaksanakan syariat Islam) dan mencegah mereka berbuat kemungkaran (melaksanakan sesuatu yang tidak bersumber dari syariat, misalnya, bersikap zalim, fasik, dan lain-lain, penerj.). Bahkan, inilah bagian terpenting dalam aktivitas amar makruf nahi mungkar, yaitu mengawasi para penguasa dan menyampaikan nasihat kepada mereka. Aktivitas-aktivitas seperti ini jelas merupakan salah satu aktivitas politik, bahkan termasuk aktivitas politik yang amat penting. Aktivitas politik ini merupakan ciri utama dari partai-partai politik yang ada. Dengan demikian, ayat di atas menunjukkan pada adanya kewajiban mendirikan partai-partai politik.

Akan tetapi, ayat tersebut di atas memberi batasan bahwa kelompok-kelompok yang terorganisasi tadi mesti berbentuk partai-partai Islam. Sebab, tugas yang telah ditentukan oleh ayat tersebut --yakni mendakwahkan kepada Islam dan mewujudkan amar makruf nahi mungkar sesuai dengan hukum-hukum Islam-- tidak mungkin dapat dilaksanakan kecuali oleh organisasi-organisasi dan partai-partai Islam. Partai Islam adalah partai yang berasaskan akidah Islam; partai yang mengadopsi dan menetapkan ide-ide, hukum-hukum, dan solusi-solusi (atas berbagai problematika umat) yang Islami; serta partai yang tharîqah (metode) operasionalnya adalah metode Rasulullah saw.

Oleh karena itu, tidak dibolehkan organisasi-organisasi/partai-partai politik yang ada di tengah-tengah umat Islam berdiri di atas dasar selain Islam, baik dari segi fikrah (ide dasar) maupun tharîqah (metode)-nya. Hal ini, di samping karena Allah SWT telah memerintahkan demikian, juga karena Islam adalah satu-satunya mabda’ (ideologi) yang benar dan layak di muka bumi ini. Islam adalah mabda’ yang bersifat universal, sesuai dengan fitrah manusia, dan dapat memberikan jalan pemecahan kepada manusia (atas berbagai problematikan mereka, penerj.) secara manusiawi. Oleh karena itu, Islam telah mengarahkan potensi hidup manusia—berupa gharâ’iz (nalurinaluri) dan h ajât ‘udhawiyyah (tuntutan jasmani), mengaturnya, dan mengatur pemecahannya dengan suatu tatanan yang benar; tidak mengekang dan tidak pula melepaskannya sama sekali; tidak ada saling mendominasi antara satu gharîzah (naluri) atas gharîzah (naluri) yang lain. Islam adalah ideologi yang mengatur seluruh aspek kehidupan.

Allah SWT telah mewajibkan umat Isla